Yang perlu kita ingat adalah anak-anak punya keterbatasan untuk mencerna sesuatu, apalagi yang jelas-jelas bukan diperuntukkan bagi mereka. Oleh sebab itu, bila kita tidak bisa melarang anak untuk menonton atau membaca tokoh animasi yang digandrunginya. Tips berikut ini bisa Anda simak:
1. Bila anak Anda kebetulan belum pernah menonton atau membacanya, cegahlah jangan sampai ia menonton atau membaca komiknya. Namun, bila ia telanjur menyukainya, bujuk anak untuk menonton atau membaca cerita lain yang kira-kira semenarik itu. Dalam hal ini orang tua harus jeli memilihkan tontonan atau bacaan yang sesuai dengan tingkat berpikir anak. Untuk buku cerita, anak usia di bawah 5 tahun biasanya menyukai cerita dengan tokoh-tokoh binatang atau benda yang bisa bicara seperti Mickey Mouse, Donald Duck, Winnie The Pooh, teko atau sapu yang bisa bicara. Selain mereka bisa berfantasi, cerita-cerita ini biasanya juga punya pesan moral yang pantas dipahami oleh anak.
2. Bila anak Anda kebetulan hanya menonton animasinya saja. Cegah ia untuk membaca komiknya. Berdasarkan laporan para orang tua, tayangan tokoh kartun yang berpengaruh buruk sudah lebih diperhalus/disensor ketimbang komiknya. Komiknya lebih vulgar. Jadi, bila anak merengek minta dibelikan komiknya, alihkan keinginan anak kepada komik lainnya yang berpengaruh baik untuk anak.
3. Untuk anak-anak usia 6-9 tahun karena minatnya mulai meningkat dan kemampuan membacanya sudah lebih baik serta pergaulannya sudah mulai meluas, maka yang cocok bagi mereka adalah serial petualangan. Misalnya saja seri petualangan Harry Potter yang digandrungi anak-anak di dunia. Demikian pula untuk anak usia 10-12 tahun, biasanya mereka menyukai cerita petualangan ditambah cerita detektif.
4. Dalam memilih bacaan atau tontonan, orang tua perlu memperhatikan gambar dan isinya (bersikap selektif). Berarti orang tua juga harus menonton atau membacanya. Selain itu, juga mutu cetakan bacaan. Bila gambarnya kurang jelas atau tulisannya kecil-kecil bisa merusak mata anak. Alasan ini bisa Anda kemukakan kepada anak yang gemar membaca komik agar anak tidak membacanya lagi.
5. Tanamkan pada anak bahwa setiap negara punya budayanya sendiri-sendiri. Budaya yang baik di suatu negara belum tentu juga baik bagi negara yang lain. Suatu hal yang biasa di Jepang, misalnya, belum tentu itu juga biasa di Indonesia. Ini juga merupakan langkah dini agar anak memahami norma-norma.
6. Amati perubahan perilaku anak setelah ia menjadi penggemar Shinchan, apakah ada perilaku buruk Shinchan yang ditirunya. Bila ada, inilah waktu bagi Anda untuk memperingatkannya bahwa apa yang dilakukan Shinchan tidak pantas ditiru.
(Oleh : Wita Lestari) Kediri Kuliner Prediksi Bola